tentang seorang ibu dan kegalauan di seputar hidupnya...

Sekedar berbagi:

Berikut adalah pemaparan dari seorang private investigator, mengenai Nunun, Adang Daradjatun, Miranda Goeltom, dan Tomy Winata. Bebas dari editan, pemaparan ini dipublish dari pagi sampai malam, di hari Selasa 13 Desember 2011:

Beberapa sosok yang dipenjara karena didakwa sebagai penerima cek pelawat adalah kawan saya, sesama di HIPMI, tahun 1992. Seperti Hamka Yandhu, Nurliif, Dudhi Makmoen. Kasus ini menjadi sangat aneh dan unik, karena penerima cek pelawat yang anggota DPR (mantan) sudah banyak yang dipenjara. Salah satu sosok dipenjara, unik bagi saya adalah: Angelina Pattiasina, anak alm JM Pattiasina, mantan Direktur Permina (Pertamina). Mengapa Angelina Pattiasana unik? Ia dari keluarga kaya, di Komisi IX DPR saya kenal dia sebagai sosok idealis. Cek pelawat itu ia berikan ke gereja. Angelina juga sangat dekat dengan Megawati, ketua partainya, bahkan rumah Megawati di Teuku Umar merupakan alokasi rumah JM Pattiasina yang merupakan aset Pertamina.

Masih di latar ini, premisnya saya ingin mengenalkan sosok-sosok yang saya verifikasi. Sedangkan Hamka Yandhu, saya sangat dekat dan saksi kunci. Dari Angelina dapat diketahui bagaimana Nunun, Miranda, dan Megawati juga sangat dekat hubungannya. Slaah satu kesamaan mereka adalah sama-sama pemakai baju desain Samuel Wattimena. Dengan kata lain, Angelina juga sangat dekat dengan mereka berempat. Kekecewaan mendalamnya Angelina saya rasakan ketika tiga kali saya jumpai di penjara. Kecewa merupakan satu kata yang menjadi benang merah kasus Nunun. Dari hubungan kedekatan dengan Megawati, keluarga berharap Adang Daradjatun menjadi Kapolri.

Kekecewaan itu beralasan, karena hubungan pribadi yang dekat, dalam kampanye PDIP, grup usaha Nunun, berjibaku membuat atribut dll. Sekedar kilas balik, usaha grup keluarga Nunun, dulunya di Telko berpartner dengan Timmy Habibie, adik mantan Presiden. Mereka banyak dapat proyek Telko di DKI terlebih di Jatim. Sehingga pundi-pundi Nunun tambun. Itulah antara lain yang dia gunakan untuk dukung PDIP.

Perkembangannya, Nunun diversifikasi ke kebun sawit. Tak tanggung-tanggung, ia membajak Ari Malangjudo, CEO di PT. Astra Agro Lestari. Sawit, CPO memang menjanjikan. Maka Ari Gabung ke Grup Usaha Nunun, karena janji share dan beragam fasilitas, termasuk dibelikannya Jaguar.

Karena sawit jadi primadona, maka Ari Malangjudo menjadi figur kesayangan Nunun. Orang kepercayaan penuh. Setelah kecewa dengan Megawati karena tak menjadikan Adang Daradjatun sebagai Kapolri, otomatis kecewa dengan PDIP. Mereka lalu melirik peluang Gubernur DKI!

"Membeli" gengsi, tentulah mereka tak mau pakai kereta PDIP, lagian PDIP dukung Foke. Mereka melirik PKS. Dan ternyata tidak gratis. Untuk mendapatkan surat dukungan jadi Gubernur DKI, tahap awal Adang Daradjatun menyerahkan Rp. 25 miliar ke PKS. Selain untuk surat dukungan, untuk pengurus cabang, kebutuhan atribut hingga ke ranting dsb, total hasil audit akuntan, keluarga ini menghabiskan uang Rp. 210 miliar.

Dan tenyata Adang Daradjatun gagal jadi gubernur DKI. Ini kekecewaan dalam kedua bagi Nunun. Pertama tadi soal gagal Kapolri. Uang habis! Sumber uang? Dari sumber akurat: asal uang yang dibelanjakan untuk kampanye Gubernur DKI, adalah dari menjaminkan hampir semua aset keluarga ke bank.

Anda jernih menangkap? Dua kali gagal, dan uang ludes, aset tergadai. Hanya satu keberuntungan, jika boleh dikata; Adang Daradjatun jadi anggota DPR.

Di lain sisi pertemanan sosialita Nunun tentu terus berjalan. Sudah lama di Facebook saya katakan Nunun adalah kolektor 30 tas Hermes. Setahu saya dari koleksi tas Hermesnya itu, ada yg berharga Rp. 600 juta dan Rp. 1,5 miliar satu. Ini sekadar gambaran latar Nunun.

Nah sampai pada awal kasus Miranda. Syahdan... cieee, pake syahdan: Suatu hari Miranda minta tolong ke Nunun minta bantuan stafnya Nunun. Miranda minta tolong staf Nunun antar paket untuk anggota DPR. Staf yang bisa dipercaya. Otomatis Nunun meminta bantuan Ari Malangjudo, dong..

Ari Malangjudo, sebagai orang kepercayaan Bos-nya tak tahu isi apa-apa paket itu. Karena sudah dalam kotak yang diberi pita warna kuning, dst.. Ari Malangjudo baru tahu isi paket-paket itu setelah ada anggota DPR yang dari TNI/Polri mengambil jatahnya ke kantor Nunun dan membuka paket di depannya.

Khusus soal Ari Malangjudo ini, sesuai namanya memang MALANG, sudahlah keluar dari Astra Agro, kini, ia pun terjerat "masalah". Lebih tragis lagi, sesampainya Nunun di penjara Pondok Bambu, bilang ke sumber saya, kalau ia hanya akan mengaku aliran uang hingga di Ari. Bener-bener malang si Ari

Pindah ke soal aset keluarga ini yang diagunkan, sebagian aset keluarga ini dijaminkan ke grup Bank Artha Graha, milik Tomy Winata. Di persidangan kasus Nunun juga mengemuka bahwa sumber cek pelawat dibeli perusahaan dari kelompok Artha Graha milik Tomy Winata. Kuat dugaan saya: Miranda minta dukungan maju jadi Gubernur Senior BI ke Tomy Winata, namun dalam urusan membagi cek pelawat pakai Nunun. Nunun otomatis meminta orang kepercayaannya mengantar paket cek. Di sinilah benang merahnya: Miranda, Nunun, Ari. Maka sejak lama saya bertanya, mengapa Miranda tak tersentuh. Lebih bego lagi kok para anggota DPR itu mau dipenjara?

Nunun jelas sudah jatuh ditimpa tangga, sama halnya dengan pilihan Ari yang hengkang dari CEO Astra Agro Lestari yang nyaman dan asoyy

Ini sangat menarik jadi film kisah nyata yang dahsyat. KPK dikungkung penyidik yang takut kepada Tomy Winata. Maka saya akhiri di sini dulu: premisnya: kita menyimak ranah hukum dan keadilan abal-abal bak di era film The Untouchable. Jadi kalau latah ikut cara omong Wendo he he he he he he, he he he he, wong gitu aja kok repot. Kalau gue di KPK, gue malu total!

Tak apa logika saya mungkin ngawur anda benar. Jawaban logika saya ada di film the untouchable. Jika tak nonton anda tak akan paham. Biang keroknya kan Miranda: rakus berkuasa dengan segala cara. Dimanfaatkan oknum yang mau mengendalikan. Maka saya dukung tangkap Miranda! Di film The Untouchable, ranah kepolisian bagaimana? Anda paham kan? Kita hidup bak di alam di film itu. Maka publik harus berani bergerak!

Drama kekuasaan, harta dan airmata menyatu adanya. Keadaan ini bila dibiarkan, nyawa kian murah, peradaban kian nyungsep!

Bisa Anda bayangkan sosok-sosok seperti Tomy Winata menentukan Capres ke depan? Maka saya suka bertanya di mana TNI? Yang kawal UUD 45?

Barusan saya komunikasi dengan Angelina Pattiasina, menurutnya semua yang dari PDIP terima, "Anehnya Emir Moeis tidak masuk penjara?" Masih keterangan Angelina Pattiasina, "Kalau Panda Nababan bantah dia tak terima, omong kosong. Dia juga terima. Dudhi Makmoen cuma kurir." "Saya tidak setuju tvone bilang Miranda menyuap 26 anggota DPR. Padahal 26 orang itu dikorbankan.. Kendati semua terima, ada yg tdk dipenjara," Masih keterangan Angelina Patiasina, mereka yang tak masuk itu: Rizal Djalil, Hakam Naja (PAN), MS Ka'ban (PBB), P' Aya (PDU), Ali As'ad (PKB), Syuman Jaya (PK), PPP yang "diselamatkan" karena tidak berlawanan dengan Surya Dharma Ali: Faisal Uray dan 2 lagi.

Hingga disini kita dapat benang merah lagi: SEMUA anggota DPR di KOMISI IX (DPR yg lalu) adalah penerima "angpao" tapi hanya 26 orang saja yang dipenjara. Jernih sekali SEMUA anggota DPR eks Komisi IX terima angpao. Goal angpao menyukseskan MIRANDA GOELTOM jadi gubernur senior BI.

Ini resmi pernyataan saya: NEGARA BENGAK (Crime Government) bila hingga hari ini Miranda tak kunjung ditangkap! Maka kalau KPK mendapat tudingan lalu membela diri, kasus ini membuktikan betapa KPK ini bekerja profesional: tebang pilihnya nyata. Maka jika kita mau beradab, ya semua eks komisi IX itu masuk penjara.

Ada apa KPK tak memasukkan Emir Moeis, MS Kaban, dan beberapa lainnya ke penjara? KPK itu mengemban amanah UU. Biayanya dipikul rakyat. Kalau kerjanya menjadi bahan tertawaan peradaban, apa kata dunia?

Pada kasus Nunun saja kita bisa bercermin akan cara kerja KPK. Kalimat ini bukan utk melemahkan, tetapi membuka mata agar lebih baik. Logika warasnya, Miranda masuk penjara dulu, sedangkan sumber uangnya bisa digali oleh penyidik setelah ia masuk. Bagaimana keterkaitannya dengan Tomy Winata? Seluruh keterangan saya di tvone, kemarin pagi, juga rangkaian pemaparan ini, diamini oleh Alfons Loemau, KBP punawirawan. "Keterangan itulah esensi kasus Nunun, termasuk soal Tenggo Wisky itu. Berani," ujar Alfons, seangkatan Bimantoro, mantan Kapolri. Perihal Tomy Winata, saya yakinkan pasti akan memutus hubungan dengan kelompok usahanya, dengan berbagai cara.

Seorang Miranda saya pastikan memang meminta bantuan dukungan uang ke pihak tertentu. Di persidangan sudah jernih, PT-nya Tomy Winata. Sementara dengan jelas pula bahwa sebagian besar hutang keluarga Nunun-Adang ada di Bank Artha Graha, untuk pengeluaran pencalonan Gub DKI Rp. 210 M.

Nunun hanya korban, membantu menolong jadi kurir; terjepit di tengah kegaulauan harta yang tergadai. Kalau Nunun beralasan pikun, sejatinya dia down. Sudahlah aset habis, bahkan rumah mereka yang di Cipete, tergadai. Gagal lintas lini. Menurut akuntan Nunun, SE, Adang Daradjatun pun di DPR tak bawa gajinya pulang, paling setiap bulan ia hanya ambil Rp 5 - 15 juta, sisanya untuk partainya. Perihal potongan gaji DPR utk partainya, semua partai melakukan. Tapi angka dari SE, sangat signifikan: seakan semua gaji untuk PKS. Satu lagi sosok yang juga hingga kini bikin saya tak habis pikir; betapa runyamnya dirinya yang profesional di bidangnya, jadi terkait; Ari Malangjudo!

Kalau melihat apa yang diraih Nunun-Adang, akhirnya penyesalannya sama dengan Nazar: Kapok berpolitik, lebih baik berbisnis. Sayangnya waktu tak dapat diputar mundur, jika saja Rp. 210 miliar itu diakumulasikan ke investasi, Nunun akan tetap bisa beli tas Hermes...

wah analisa seperti ini berat juga mau ditelan

terlebih sumber jelasnya belum dicantumin.

please tulung cantumin sumbernya

Eh itu Bos Artha Graha, Tommy Winata itu yg istri mudanya selingkuh sama Ariel itu kan??
bener gak yah? trus itu videonya aris sama banyak artis bener gak yah?? sama maya ahmad? klo ada bisa share dunk videonya yg laen

Wuiih ada room yg mirips akun2 kek @guritaglobal @benyisrael n konco2x

sundul dulu ah!

tapi bener kate ergeber gan, lebih klo dicantumin sumber or kutipan

lanjutkan gan!

seperti dipapar di awal tulisan, informasi ini diperoleh dari seorang private investigator, sebagian besar bersifat off the record. sama sekali tidak ada unsur spekulasi. tidak ada unsur pemaksaan untuk sekali baca dan langsung percaya. jadi untuk menghormati nara sumber dan proses penyidikan yang terus berlangsung, untuk sementara saya belum bisa kasih nama.

Nice posting