Wanita Karir yg merantau

Salam kenal semua...
Mungkin ini dialami sebagian teman2 karyawati 46ers, saya sudah menjadi karyawan tetap hampir selama 9 tahun dan semenjak pengangkatan pertama saya langsung mendapat SK penempatan di luar pulau kelahiran saya.

Setiap hari saya pulang kerja menjelang malam, dan pulang kerumah untuk ke dua buah hati saya. Walaupun kondisi capek saya tetap menemani kedua hati saya bermain hingga mereka tertidur.

Suami saya bekerja di sebuah Perusahaan Nasional yang berbeda kota dengan saya, bahkan berbeda pulau. Kami bertemu sebulan dua kali.

Mari kita berbagi pengalaman sesama Wanita karir yang merantau, siapa tau bisa bermanfaat dan dapat meringankan beban kita sekarang

wah... ga kebayang kalu harus pisah sm suami, trus sebulan 2kali baru bisa ketemu. skrg aja baru pacaran n ldr rasany udah ga enak, palagi kalu udah nikah...
tp salut deh buat mbaa,, bisa ngejalanin n tetep pnya waktu buat anak2...
share suka dukanya donk mbaa...

Salam jabat tangan perempuan merantau untuk monty99


Saya termasuk salah satu dari banyak perempuan yang merantau karena BNI.
Saya lahir dan besar di Jakarta, kuliah di Bogor.
Masuk BNI, OJT/IST di Cirebon.
Penempatan pertama adalah TOLITOLI.
Amat sangat di luar bayangan. Kerja jauh di ujung Sulawesi. Di tempat terpencil yang sangat menjadi momok dan ditakuti oleh mayoritas pegawai BNI. Bahkan menjadi lelucon dan untuk menakut2i pegawai baru.
Ternyata saya cukup tangguh dan berani untuk melangkah pergi ke sana.
Bahkan di luar ekspektasi, saya menemukan teman2 dan lingkungan kerja yang menyenangkan di sana.
Memang tetap saja berasa Tolitoli itu jauh dan terbelakang. Saya pulang 4 bulan sekali dengan perjuangan untuk pulang yang tidak sedikit. Biaya dan waktu sangat boros untuk keluar dan menuju Tolitoli.
Tapi saya juga beruntung, ternyata Tuhan menyediakan jodoh untuk saya di sana.
Saya tetap bekerja sepenuh hati walaupun selalu terbersit keinginan untuk pindah ke Jawa.
Tepat 1 tahun saya di Tolitoli, saya dimutasi ke Palu. Masih di Sulawesi. Dan masih jauh dari rumah di Jakarta.
Tapi sekarang sudah menikah dan bersama-sama suami tinggal di Palu. Kami berdua sama2 merantau di Palu.

Kalau bukan karena BNI, saya mungkin tidak pernah keluar dari zona nyaman saya di Jakarta / Pulau Jawa.
Kalau bukan karena BNI, saya mungkin tidak pernah tahu ada kota bernama Tolitoli.
Kalau bukan karena ke Tolitoli, saya mungkin belum bertemu jodoh saya.

Smangat untuk tetap berjuang menjadi istri dan ibu yang berkarir ya.

salam kenal untuk para "Princess Warrior" di BNI
saya masi teritung ijo banget di BNI, baru setengah tahun

waktu interview user ditanya "bersedia ditempatkan di seluruh indonesia?" saya jawab dengan tegas "siap pak" si bapak nanya lagi "yakin? bahkan di papua sekalipun?" sempet mikir ummmmmm, trus jawab "kalau udah tugas yah saya bersedia pak"

jawaban klise tentu aja

saya berani jwb begitu dengan asumsi itu cuma pertanyaan jebakan doaaang, ngga mgkn BNI "setega" itu nyampakin kemana2.

ehhhh, ternyata BNI "serius" dengan ucapannya
temen2 saya pada "dicampakin" kemana-mana bahkan ada cewe yang sampe ke kalimantan dan penempatan di sana........

saya sendiri--Puji Tuhan--ditempatkan di kota pilihan saya, dan mmg karna saya sudah berencana merit dan saya request kota yg sama dgn calon suami saya dan BNI berbaik hati menempatkan saya di kota yg saya minta.

tapi konsekuensinya saya harus jauh dari keluarga, bahkan di moment menjelang natal gini. dan ini baru pertama kalinya saya jauh dari keluarga saat natal dan tahun baru....

yahhh, saya udah menduga sih dari awal nyoba BNI. pasti ada momen ngga bisa pulang ke rmh.

intinya BNI yang menjauhkan saya dari keluarga, tapi BNI juga yang mendekatkan saya ke kekasih hati......

hammercity wrote:Salam jabat tangan perempuan merantau untuk monty99


Saya termasuk salah satu dari banyak perempuan yang merantau karena BNI.
Saya lahir dan besar di Jakarta, kuliah di Bogor.
Masuk BNI, OJT/IST di Cirebon.
Penempatan pertama adalah TOLITOLI.
Amat sangat di luar bayangan. Kerja jauh di ujung Sulawesi. Di tempat terpencil yang sangat menjadi momok dan ditakuti oleh mayoritas pegawai BNI. Bahkan menjadi lelucon dan untuk menakut2i pegawai baru.
Ternyata saya cukup tangguh dan berani untuk melangkah pergi ke sana.
Bahkan di luar ekspektasi, saya menemukan teman2 dan lingkungan kerja yang menyenangkan di sana.
Memang tetap saja berasa Tolitoli itu jauh dan terbelakang. Saya pulang 4 bulan sekali dengan perjuangan untuk pulang yang tidak sedikit. Biaya dan waktu sangat boros untuk keluar dan menuju Tolitoli.
Tapi saya juga beruntung, ternyata Tuhan menyediakan jodoh untuk saya di sana.
Saya tetap bekerja sepenuh hati walaupun selalu terbersit keinginan untuk pindah ke Jawa.
Tepat 1 tahun saya di Tolitoli, saya dimutasi ke Palu. Masih di Sulawesi. Dan masih jauh dari rumah di Jakarta.
Tapi sekarang sudah menikah dan bersama-sama suami tinggal di Palu. Kami berdua sama2 merantau di Palu.

Kalau bukan karena BNI, saya mungkin tidak pernah keluar dari zona nyaman saya di Jakarta / Pulau Jawa.
Kalau bukan karena BNI, saya mungkin tidak pernah tahu ada kota bernama Tolitoli.
Kalau bukan karena ke Tolitoli, saya mungkin belum bertemu jodoh saya.

Smangat untuk tetap berjuang menjadi istri dan ibu yang berkarir ya.

hwaaaaa... kaayaknyaaa (Temen) saya kenal nih ,, cek PM sis

Wah kayaknya di tiap cabang/unit ada aja karyawati BNI yg jauh dari keluarga n tetap exist
saya selalu salut sama mereka ini, pulnag kerja urus anak, jauh dari suami/keluarga

bagi saya mereka inilah keajaiban dunia sesungguhnya!! salut bu!! semua ada hikmah n kebahagian di balik semua ini

d3vilman88 wrote:

hammercity wrote:

hwaaaaa... kaayaknyaaa (Temen) saya kenal nih ,, cek PM sis

Makasih Mas d3vil atas ramalan atau apa yah itu istilahnya??
Bagi teman-teman yg ingin coba di ramal bisa ke roomnya mas d3vil di sebelah, menarik juga tuh